Abses payudara adalah kondisi di mana terdapat benjolan di payudara yang berisi nanah, dan biasanya disebabkan oleh infeksi. Istilah lain untuk abses payudara adalah bisul payudara, dan kondisi ini sering dialami oleh ibu menyusui. Meskipun abses payudara merupakan masalah medis yang memerlukan perhatian, ibu menyusui yang mengalaminya masih bisa menyusui anaknya dengan payudara yang tidak terkena infeksi. Namun, penting untuk mendapatkan pengobatan yang tepat untuk mengatasi abses tersebut.
Penyebab Abses Payudara
Abses payudara umumnya berkembang sebagai akibat dari peradangan jaringan payudara, yang dikenal sebagai mastitis. Mastitis yang tidak diobati dengan baik atau disebabkan oleh sumbatan pada kelenjar payudara dapat menyebabkan terjadinya penggumpalan nanah, yang kemudian membentuk abses. Infeksi payudara ini dapat dipicu oleh beberapa faktor, termasuk bakteri yang masuk dari mulut bayi ke saluran susu melalui retakan di puting. Meskipun abses payudara lebih umum terjadi pada ibu menyusui, wanita yang tidak menyusui dan bahkan beberapa pria juga dapat mengalaminya.
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami abses payudara meliputi:
- Memiliki tindikan di puting susu, yang dapat meningkatkan risiko infeksi.
- Menderita diabetes, yang dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.
- Kebiasaan merokok, yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh dan mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi.
- Mengidap HIV/AIDS, yang dapat menurunkan daya tahan tubuh dan meningkatkan risiko infeksi.
- Pernah menjalani operasi payudara dalam dua bulan terakhir, yang dapat meningkatkan risiko infeksi pada area tersebut.
- Pernah mengalami infeksi payudara sebelumnya, yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya abses.
- Usia lanjut, yang dapat mempengaruhi kesehatan kulit dan jaringan payudara.
Gejala Abses Payudara
Gejala abses payudara dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi abses. Biasanya, abses payudara muncul sebagai benjolan yang terasa lunak di bawah kulit dan bisa digerakkan. Namun, jika abses terletak lebih dalam, benjolan ini mungkin sulit diraba. Gejala lainnya yang mungkin muncul meliputi:
- Kemerahan, pembengkakan, dan rasa sakit pada payudara. Kulit di sekitar abses mungkin terlihat kemerahan dan terasa panas.
- Gumpalan yang tidak menghilang meskipun sudah menyusui. Gumpalan ini bisa jadi merupakan tanda adanya abses.
- Nanah yang keluar dari puting susu, yang bisa menjadi indikasi bahwa abses telah pecah atau sedang dalam proses pembentukan.
- Nyeri payudara yang cukup parah hingga mengganggu kemampuan untuk menyusui anak, menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan.
- Rasa sakit yang berkelanjutan dan mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga dapat memengaruhi kualitas hidup.
- Demam yang berlangsung lebih dari tiga hari dan tidak membaik meskipun sudah menerima perawatan, yang mungkin menunjukkan infeksi sistemik.
Kapan Harus Mengunjungi Dokter
Abses payudara merupakan komplikasi dari mastitis yang tidak diobati. Oleh karena itu, ibu menyusui harus waspada dan segera berkonsultasi dengan dokter jika merasakan benjolan di payudara atau mengalami kemerahan, rasa sakit, dan pembengkakan. Selain itu, penting bagi setiap wanita untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin, yaitu setiap tujuh hari setelah menstruasi. Ini membantu dalam mendeteksi kelainan pada payudara lebih awal.
Pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) oleh dokter juga dianjurkan untuk dilakukan setiap 1-3 tahun mulai usia 20 tahun. Setelah usia 40 tahun, SADANIS harus dilakukan minimal satu kali setahun. Pemeriksaan ini bertujuan untuk deteksi dini masalah payudara dan sangat penting, terutama bagi wanita dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga.
Diagnosis Abses Payudara
Untuk mendiagnosis abses payudara, dokter akan memulai dengan pemeriksaan fisik terhadap payudara pasien. Setelah itu, dokter mungkin akan merekomendasikan USG payudara (USG mammae) untuk menilai kedalaman dan lokasi infeksi serta untuk membedakan antara mastitis, abses, atau tumor. USG dapat memberikan gambaran yang jelas tentang struktur payudara dan membantu menentukan pengobatan yang tepat.
Dokter juga dapat mengambil sampel ASI atau nanah dari abses menggunakan jarum suntik untuk diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan ini penting untuk mengidentifikasi penyebab infeksi dan menentukan antibiotik atau pengobatan lain yang sesuai. Selain USG, pemindaian tambahan seperti mammografi dan biopsi payudara dapat dilakukan jika diperlukan, terutama pada pasien non-ibu menyusui, untuk memastikan bahwa gejala yang dialami bukan tanda kanker payudara.
Pengobatan Abses Payudara
Pengobatan abses payudara biasanya melibatkan penggunaan antibiotik. Untuk ibu menyusui, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik seperti cephalexin. Ibu menyusui tetap bisa memberikan ASI dari payudara yang tidak terkena infeksi selama pengobatan berlangsung. Pada wanita yang tidak menyusui, antibiotik seperti clindamycin atau amoxicillin mungkin akan diberikan.
Selain antibiotik, beberapa prosedur medis dapat dilakukan untuk mengatasi abses payudara, termasuk:
- Pengeluaran nanah dengan jarum suntik Prosedur ini dilakukan untuk mengeluarkan nanah dari abses dan mengurangi tekanan serta rasa sakit.
- Pengaliran nanah dengan kateter: Kateter dimasukkan ke dalam abses untuk memastikan nanah dapat mengalir keluar dengan efektif.
- Vacuum assisted biopsy Tindakan khusus ini dilakukan untuk menangani abses dengan menghisap nanah menggunakan perangkat khusus.
Nyeri akibat abses payudara dapat diatasi dengan mengkonsumsi obat pereda nyeri seperti paracetamol dan melakukan kompres pada payudara dengan handuk yang direndam dalam air hangat atau dingin. Selama proses penyembuhan, ibu menyusui harus terus memerah ASI dari payudara yang sakit setiap dua jam untuk mencegah infeksi lebih lanjut, meskipun bayi tidak boleh menyusui dari payudara yang terinfeksi untuk menghindari penularan infeksi.
Komplikasi Abses Payudara
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat abses payudara meliputi:
- Infeksi payudara kambuh: Infeksi dapat kembali muncul jika abses tidak sepenuhnya sembuh.
- Timbulnya bekas luka atau jaringan parut Pengobatan abses dapat meninggalkan bekas yang mengganggu penampilan payudara.
- Penyusutan ukuran payudara Payudara bisa mengalami perubahan ukuran yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan.
- Abses payudara kronis Abses yang berlangsung lama atau tidak sembuh dengan baik.
- Penyebaran infeksi Infeksi dapat menyebar ke bagian tubuh lain jika tidak diobati dengan benar.
- Pembentukan saluran abnormal Saluran tidak normal pada payudara dapat terbentuk sebagai akibat dari abses.
- Gangguan saluran getah bening Limfe Edema atau pembengkakan pada lengan dapat terjadi akibat gangguan pada saluran getah bening.
Pencegahan Abses Payudara
Karena mastitis adalah penyebab utama abses payudara, pencegahan mastitis sangat penting, terutama bagi ibu menyusui. Langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil meliputi:
- Selalu mencuci tangan sebelum menyusui Ini untuk menghindari kemungkinan penyebaran bakteri dari tangan ke payudara.
- Memastikan puting dan area areola terpasang dengan baik di mulut bayi saat menyusui Ini untuk mencegah retakan di puting yang dapat menyebabkan infeksi.
- Menyusui secara bergantian dengan kedua payudara dan tidak tetap dalam posisi yang sama Ini membantu menghindari sumbatan pada kelenjar susu.
- Menyusui secara rutin dan menghindari jeda panjang antara sesi menyusui Ini untuk memastikan kelenjar susu tidak tersumbat.
- Menggunakan bra yang sesuai dan tidak mengenakan pakaian ketat Pakaian yang ketat dapat menekan payudara dan meningkatkan risiko sumbatan.
- Tidak menggunakan krim atau obat oles di puting susu Krim atau obat yang tidak direkomendasikan dapat menyebabkan iritasi.
- Menghindari penggunaan bantalan puting susu dalam jangka Panjang Bantalan ini dapat menyebabkan penumpukan kelembaban dan meningkatkan risiko infeksi.
- Minum cukup air untuk mencegah dehidrasi Hidrasi yang baik membantu menjaga kesehatan kulit dan jaringan payudara.
- Melakukan SADARI dan SADANIS secara rutin Ini untuk mendeteksi kelainan pada payudara lebih awal dan mencegah komplikasi.
Dengan mengikuti langkah-langkah pencegahan ini dan melakukan pemeriksaan rutin, Anda dapat mengurangi risiko terjadinya